Kamis, 14 Maret 2013

HARAPAN YANG TERWUJUD




Panas,capek,haus jadi satu ditubuh Dina. Ya..dia bersekolah naik sepeda. Walaupun Dina harus menahan teriknya panas,itulah hidup yang Dina jalani saat ini.  Sangatlah sederhana,namun bagi gadis kecil itu tak masalah.Dari kejauhan nampak seorang anak kecil bersepeda dengan cepat. Sesampainya dirumah ada sang ayah yang menunggunya di depan rumah.
“Ayahhhh!” teriak Dina sambil mengerem sepedanya.
Ayah menanggapinya dengan senyuman hangat. Yaa, Dina hanya hidup dengan ayahnya. Sedangkan ibu Dina bekerja jauh di negeri seberang. Walaupun Dina terlihat ceria,namun dilubuk hati kecilnya tersimpan angan-angan untuk dapat merasakan kasih sayang ibunya. Dina hanya bisa berharap.
“Dina,makan dulu ayah udah masakin makanan kesukaanmu tuh?” teriak ayah.
“Iya,yah. Dina juga udah laper!” jawab Dina sambil berjalan ke dapur. Sambil menunggui Dina makan.
“Dina,kamu mau sekolah ditempatnya nenek enggak?” tanya ayah.
“Aahh ayah, Dina enggak mau. Dina udah seneng disini. Dina udah seneng tinggal sama ayah.” jawab Dina.
“Kalau Dina mau sekolah di tempat nenek, nanti Dina mau apa saja pasti ayah kasih.” tanya ayah.Dengan perasaan bimbang, Dina memikirkan hal itu.
Enggak tahu yah, Dina enggak mau!” jawab Dina sambil menyelesaikan makanannya. Kemudian Dina pergi bermain.
Seringkali ayah berfikir tentang ibu Dina yang  bekerja jauh disana. Ayah merasa kasihan dan ingin membantunya. Tapi yang jadi masalah,apakah Dina mau sekolah di tempat neneknya?. Kalau ditinggal disini bersama kakeknya,siapa yang akan mengurusi Dina. Walaupun bibi dan paman Dina mau mengurusi Dina. Tapi, ayah masih ragu, itulah masalah yang membuat ayah bimbang.Seperti biasanya sore hari Dina belum pulang. Dina hanya bermain ditempat bibinya.
“Dinaaa?” teriak ayah.
“Iya yah.” jawab Dina.
“Mandi, sudah sore!” tanya ayah.
“Iyaa!” jawab Dina sambil berjalan menuju rumahnya.
Malam hari Dina kerjanya cuma nonton tv. Dina jarang belajar, namun nilai raport dina selalu bagus. Sampai-sampai Dina ketiduran dikursi. Ayah yang melihatnya langsung menggendong Dina ke kamar. Dengan tersenyum dan mengusap kepala Dina.
“Dina sudah besar ya.” Kata ayah dalam hati. Kemudian menyelimuti Dina.
Esok hari ketika mau sekolah, gadis kecil itu sudah bisa mandi dan berpakaian sendiri. Tapi,masih disuapi ayah.
“Ayahh, Dina berangkat dulu ya?” teriak Dina sambil mengeluarkan sepedanya.
“Iya,hati-hati ya Din.” Jawab ayah dengan senyum hangat yang berdiri di depan pintu itu.
Gadis kecil itu lalu mengayuh sepedanya dengan semangat. Sepulang sekolah seperti biasa sehabis makan langsung pergi bermain. Tapi,kali ini sebelum ayah memanggil, Dina sudah ada di rumah. Entah karena kecapekan atau apa. Gadis kecil itu menatap indahnya langit senja. Dengan warna kuning keemasan menambah rasa damai di waktu itu. Sambil duduk termenung.
“Dina, kamu sudah pulang?” tanya ayah yang melihat Dina di teras.
“Iya,yah” jawab Dina
“ Din, ayah mau nanya, dina mau enggak sekolah ditempat nenek?” tanya ayah.
“Emm..iya yah Dina mau kok.” Jawab dina sambil tersenyum.
“Dina yakin, ya udah besok Dina minta apa saja ayah kasih.” jawab ayah yang juga ikut tersenyum. Hari itu penuh dengan canda dan tawa.
Keesokannya ayah mengurus semua surat-surat pindahnya Dina. Sampai pada akhirnya semua itu selesai juga. Dina yang ada di rumah mencoba membantu ayahnya. Dia merapikan semua baju yang akan dibawanya.  Dibantu ayah semua itu akhirnya selesai juga.Malam hari Dina dan ayah sedang menghabiskan waktu bersama dengan nonton tv dan duduk santai.
“Dina ,besok kalau kamu dirumah nenek jangan nakal ya?” tanya ayah.
“Iya yah,tenang aja.” Jawab Dina.
“Dina,kalau besok udah sekolah disana ,dan kalau udah pulang jangan nangis ya. Karna ayah udah enggak ada dirumah nenek lagi. Kan ayah mau kerja.” Tanya ayah.
“Iya yah.”jawab Dina.
“Tapi besok Dina mau apa,entar ayah beliin buat Dina?” tanya ayah lagi.
“Mau mainan aja yah.” jawab Dina dengan semangat.
“Yaudah,besok ayah beliin.” kata ayah.
Ketika mentari muncul dari ufuk timur. Gadis kecil itu nampaknya masih terlelap tidur. Namun ayah membangunkan Dina dan menyuruhnya mandi. Agar sampai dirumah nenek tidak kesiangan dan juga segera mendaftarkan Dina sekolah. Dina dan ayah berangkat. Selang beberapa jam ,Dina dan ayah sampai di rumah nenek. Hari itu tepat pukul 11.00 WIB. Karna hari itu bukan hari libur,ayah segera mendaftarkan Dina kesekolah barunya. Malam ini adalah malam terakhir Dina bersama ayah waktu di rumah nenek.
“Dina,,ingat ya jangan nakal?”tanya ayah.
“Iya yah.”jawab Dina.
Mereka tertidur lelap terbalut satu selimut untuk berdua Dina dan ayah. Malam yang begitu indah,sungguh terasa kehangatan itu. Esok hari Dina sudah siap dengan terbalut kerudung putih yang lembut.
“Ayah..nenek Dina berangkat?”teriak Dina. Untuk terakhir kali ayah bertemu Dina. Ayah mencium kening Dina dengan  begitu tulus.
“Dina hati-hati,selamat jalan.”kata ayah.
Yaa disana bukan mengayuh sepeda lagi,melainkan berjalan kaki. Itu yang akan dijalaninya semala disini.Kala sang mentari berada diatas begitu panas,capek,haus itu yang dirasakan gadis kecil itu.Namun itu tak masalah. Ia sudah terbiasa.
“Ayahh..?”teriak Dina.
“Dina sudah pulang.”jawab nenek.
“Lo kok nenek,mana ayah?”tanya Dina.
“Ayah,kan pergi kerja.”jawab nenek.
“Ayah tidak ada disini nek?”tanya Dina.
Wajah yang tadinya ceria,senang kini perlahan berubah menjadi layu sedih. Tetesan air yang jatuh dari pipi gadis kecil itu perlahan semakin deras.
“Ayyyaaaahhhh..!”teriak Dina sekuat-kuatnya. Dina tak menyangka ayah benar-benar pergi. Gadis kecil itu menangis tiada henti. Sampai-sampai bibi Iyah mendengar tangisan Dina.
“Dina kenapa?”tanya bibi Iyah.
“Ayah bi,ayah enggak ada,ayah pergi bi?” jawab Dina.
“Lo Dina kan udah dibilangin ayah,enggak boleh nangis kan. Itu udah ada mainan pesanannya Dina.”kata bibi Iyah.
“Enggak bi,Dina mau ayah disini,Dina enggak butuh mainan,Dina butuh ayah?”jawab Dina.
Bibi Iyah yang tak tega melihat semua itu akhirnya ikut meneteskan air matanya.Sedangkan Dina masih menangis dengan kerasnya. Kala itu ayah Dina juga meninggalkan handphone untuk Dina.Mengingat hal itu Dina segera mengambil HP itu dan secepat mungkin dia menelpon teman ayahnya yang kebetulan ikut kerja bersama ayahnya.
“Om,ayah disitu enggak?” tanya Dina.
“Iya,ada apa Din?”jawab om Andi.
“Om ayah suruh kesini ,Dina kangen om?”tanya Dina.
“Din,ayah kamu kan mau kerja cari uang,biarin ayah kamu pergi . Kata ayahmu Dina enggak boleh nangis.”kata om Andi.
“Iya om,yauda . Bilangin ke ayah om,Dina sayang ayah.”jawab Dina yang masih menangis itu.
Lama kelamaan akhirnya Dina kecapekan dan terlelap tidur.Hanya pada waktu lebaran Dina bisa bertemu ayah.Waktu teruslah berlalu. Hari berganti hari,bulan berganti bulan,tahun berganti tahun. Sudah 2 kali ayah Dina pulang menjenguk anak gadisnya di desa. Terakhir kali ayah pulang seperti biasa Dina amat bahagia. Hari-hari Dina lewati bersama ayah. Sampai pada saat ayah mau pergi lagi. Seperti sebelumnya Dina tak mau ditinggal ayah.
“Din,ayah berangkat ya?”tanya ayah.
“Yaa,ayah. Kenapa pergi lagi sih?” jawab Dina sambil memegang tangan ayahnya.
“Ayah kan mau cari uang,mau bantuin ibu juga. Kasihan ibu kerja jauh disana.”jawab ayah dengan senyum hangatnya.
“Ya udah yah,hati-hati dijalan ya yah?”kata Dina.
Ayah hanya mengangguk dan melambaikan tangan ke arah Dina.”Dina sayang ayah” kata Dina dalam hati.Dina tak mau seperti dulu .Tanpa rasa ragu,Dina berlari mengejar ayah.Mengejar dengan meninggalkan tetesan air di tanah.Ayah tahu kalau Dina mengejar ayah.
“Dina kenapa?”tanya ayah.
“Ayah jangan pergi lagi,ayah disini sama Dina. Dina enggak betah disini,Dina mau sama ayah?”jawab Dina dengan butiran air yang terus mengalir dari pipi gadis kecil itu.
“Dina enggak betah disini,Dina mau pindah?”tanya ayah.
“Iya yah.” Jawab Dina.
“Ya udah besok Idul Adha ayah akan pulang ,ayah akan urus surat pindah Dina.”kata ayah.
“Benar yah.”jawab Dina.
Ayah mengangguk dan langsung memeluk Dina. Saat ayah berangkat Dina pun pulang.Semua tidak terasa,waktu cepat berlalu. Ketika ayah pulang langsung mengurus surat pindah Dina.Akhirnya Dina kembali kerumah lamanya dan bersekolah di sekolah lamanya lagi. Suatu ketika ayah mendapat kabar,kalau ibu besok pulang.Dina terkejut mendengar hal itu. Rasa senang,bahagia,rindu jadi satu.Sungguh tak disangka do’a dan harapan dina selama ini terwujud.
Mentari dari ufuk timur telah muncul. Itulah saat yang membahagiakan bagi Dina begitu juga ayah. Mereka berangkat ke bandara. Sampailah pada sebuah pintu kedatangan. Dina dan ayah menunggu ,perlahan pintu itu terbuka. Dengan sangat senangnya spontan Dina langsung berdiri. Tak lama setelah itu satu persatu orang dari pintu itu keluar.Dina tak tahu mana ibunya.Saat Dina mencoba mencari ibu.
“Din..?”tanya ayah.
“Apa yah...sebentar aku mau cari ibu?”jawab Dina.
“Ibu,ini ibu Din..tu disampingmu.”kata ayah.
Menoleh kesamping. Terkejut ,bahagia, senang jadi satu.
“Ibuuu..?”kata Dina.
‘Iya,ini ibu Din. Dina udah besar ya. Dina tambah cantik sekarang.”jawab ibu sambil memeluk anak gadisnya itu.
Saat itu adalah hari yang tak terlupakan bagi dina. Sebab saat itulah semua do’a dan harapan yang selalu Dina panjatkan terwujud juga. Dina tak percaya bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu yang selama ini Dina impikan terwujud. Cukup dipeluk ibu Dina bisa merasakan itu semua.
“TUHAN,TERIMA KASIH. ENGKAU TELAH MEWUJUDKAN HARAPANKU. HARAPAN BISA BERTEMU IBU, BISA DIPELUK IBU,DISAYANG ,DAN DIMANJA IBU. TUHAN SEMOGA SAAT INI AKAN SELALU ADA UNTUK SEKARANG,ESOK,DAN SELAMANYA. AMIN.” Kata Dina dalam hati kecilnya.
Saat itu juga Dina langsug dipeluk oleh ayah dan ibu.Begitu bahagianya Dina.Hangat rasanya dalam dekapan ayah dan ibu.
“AYAH DAN IBU SAYANG DINA.”kata mereka serentak.
“DINA JUGA SAYANG AYAH DAN IBU.” Jawab Dina.


2 komentar: